Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Bukan Untukku Lagi

       Masih terekam jelas dalam ingatanku saat-saat kebersamaan kita dulu. Kau yang selalu penuh kejutan, kau yang selalu penuh canda, tak akan pernah ku lupa. Ingatanku tentangmu tak pernah berkurang sedikitpun setelah kau pergi. Kejadian itupun masih ku ingat hingga kini, kau meninggalkanku demi dia yang bahkan tak menggubris kehadiranmu. Bodoh! Dia bahkan tak menganggap kau ada. Tetapi kau masih terus memperjuangkannya. Lantas, perjuanganku selama ini kau anggap apa? Miris sekali rasanya, aku yang memperjuangkanmu dengan setulus hatiku tidak berarti apa-apa untukmu. Sedangkan dia yang bahkan tidak melihatmu ada, kau perjuangkan tanpa mengenal batas.        Aku berusaha keras untuk menghilangkan perasaanku padamu. Tapi nyatanya aku tak bisa. Kau terlalu melekat dalam hatiku juga ingatanku. Sosokmu yang selalu terlihat saat aku sedang memikirkanmu, menjadi beban yang teramat berat untukku. Usahaku selama ini selalu gagal. Hatiku selalu menolak jika aku berusaha melupakanmu. Me

Pemberi Harapan Palsu (PHP)

             Lidya, salah seorang siswi di sebuah Sekolah Menengah Atas di kawasan Jakarta Barat sedang menunggu temannya datang untuk menjemputnya sekolah pagi ini. Sudah hampir lima menit menunggu, akhirnya Lala, teman yang ditunggunya itu datang juga. Mereka sahabat dekat sejak dari SD dulu. Lidya sudah menganggap Lala seperti saudara kandungnya sendiri, begitupun sebaliknya. Mereka mempunyai sifat yang berbeda. Lala dengan sifat lembutnya terlihat feminim, ia juga termasuk siswi yang cerdas di sekolah. Lala mempunyai wajah yang manis dan cantik, tidak heran dia bisa berpacaran dengan seorang laki-laki yang cukup terkenal di sekolah. Lidya tidak kalah dengan Lala, walaupun tidak selembut Lala, Lidya juga cukup cerdas. Ia juga ramah. Tetapi kalau masalah cinta, ia kalah dengan Lala, Lidya masih asyik dengan status jomblonya.             “Udah lama nunggu, ya? Sorry tadi bensinnya habis jadi ngisi bensin dulu deh,” kata Lala.             “Ya udah berangkat sekarang yuk, n

Masjid dan Kamu (Part 3)

In this part, you will understand how big the meaning of love. And this is the end of this story. So, happy reading guys! ^^ ****     Semenjak sore itu, pertama kalinya aku bertemu Kak Syafiq lagi setelah bertahun-tahun dia pergi, aku kembali dekat dengan dia. Kita sering chatting-an bareng, sms-an, sampai telponan hingga larut malam. Itu membuatku lebih merasa dekat dengan dia lebih dari waktu itu, waktu dia belum pergi ke Jerman. Setiap aku memikirkannya, dekat dengannya, aku merasa nyaman sekali.     Hari ini hari sabtu, aku dan Kak Syafiq berencana untuk pergi ke kampus, atau lebih tepatnya ke masjid kampus tempat kita pertama kali bertemu dulu. Semalam kita janjian di depan masjid pukul sepuluh pagi. Tidak sabar rasanya datang ke sana apalagi bersama Kak Syafiq. Pukul setengah sepuluh pagi akupun pamitan dengan Mama dan Papa untuk pergi ke sana.           "Ma, Pa, aku mau pergi, ya," kataku kepada Mama dan Papa yang sedang duduk di halaman belakang rumah.