Bukan Untukku Lagi
Masih terekam jelas dalam ingatanku saat-saat kebersamaan kita
dulu. Kau yang selalu penuh kejutan, kau yang selalu penuh canda, tak akan
pernah ku lupa. Ingatanku tentangmu tak pernah berkurang sedikitpun setelah kau
pergi. Kejadian itupun masih ku ingat hingga kini, kau meninggalkanku demi dia
yang bahkan tak menggubris kehadiranmu. Bodoh! Dia bahkan tak menganggap kau
ada. Tetapi kau masih terus memperjuangkannya. Lantas, perjuanganku selama ini
kau anggap apa? Miris sekali rasanya, aku yang memperjuangkanmu dengan setulus
hatiku tidak berarti apa-apa untukmu. Sedangkan dia yang bahkan tidak melihatmu
ada, kau perjuangkan tanpa mengenal batas.
Aku berusaha keras
untuk menghilangkan perasaanku padamu. Tapi nyatanya aku tak bisa. Kau terlalu
melekat dalam hatiku juga ingatanku. Sosokmu yang selalu terlihat saat aku
sedang memikirkanmu, menjadi beban yang teramat berat untukku. Usahaku selama
ini selalu gagal. Hatiku selalu menolak jika aku berusaha melupakanmu. Mengapa kau
begitu sulit untuk ku lupakan? Apakah tidak cukup aku merasakan sakit akibat
kebodohanmu? Sejak kita memutuskan untuk memisahkan diri masing-masing, aku
menjadi lebih sering melihatmu di sekitarku. Bagaimana aku bisa melupakanmu
kalau kenyataan saja begitu menyiksaku?
Tadi siang saat aku
sedang menunggu hujan, tanpa sengaja aku melihat tatapanmu yang sedang menatap
dia yang kau cintai. Tatapan yang sangat ku kenal. Tatapan cinta. Dulu kau
selalu menatapku dengan tatapan semacam itu, tapi kini sudah tidak mungkin. Mata
itu, mata yang selalu memancarkan cinta, kini telah berpindah haluan. Mata yang
dulu selalu kau tujukan untukku telah kau rubah. Kini, mata itu bukan untukku
lagi. Mata yang dulu membuatku nyaman saat kau menatapku sudah tidak ditujukan
untukku. Aku rindu tatapanmu.
Aku tidak
membencinya, tidak sama sekali. Akupun tak membencimu. Dia tidak salah dan
tidak tahu apa-apa tentang masalahku denganmu. Kamu yang seharusnya menyadari
kesalahanmu selama ini. Mungkin apa yang dia lakukan selama ini benar. Ia tak
pernah menggubris kehadiranmu karena suatu alasan yang hanya dia yang tahu. Kau
belum cukup dewasa rupanya menyikapi permasalahan yang cukup rumit ini.
Mengapa semesta
seperti tak mengizinkan aku untuk jauh darimu? Mengapa kau selalu berkeliaran
di dekatku bahkan saat aku telah berpisah darimu? Kata-kata cintamu yang dulu
membuatku luluh sudah tidak akan mungkin lagi aku dapatkan. Kaupun telah
memberikannya untuk dia, dia yang tak pernah menggubris kehadiranmu. Aku tidak
habis pikir dengan keputusanmu selama ini. Jalan pikiranmu yang tak kunjung
dewasa membuatku lelah menjalani hubungan denganmu dulu. Sampai sekarang pun
semua masih sama, masih seperti dulu. Tidakkah kau mendewasakan dirimu sendiri?
Kau sudah cukup usia untuk itu. Tetapi sepertinya kau tidak menyadarinya. Sayang
sekali.
Aku ikhlas jika
tatapanmu, cintamu dan segala perasaan yang kau miliki bukan untukku lagi. Aku
mengenal dia. Diapun tahu apa yang terbaik untuknya. Jika itu bukan kau, ku
harap kau menyadari kebodohanmu selama ini. Aku tidak pernah mengharap kau
kembali padaku. Aku hanya ingin kau tidak mengulangi kebodohanmu kepada wanita
lain yang kelak akan menjadi milikmu. Cukup aku yang merasakan. Aku tidak ingin
ada korban selanjutnya akibat kebodohanmu.
Untukmu, aku selalu
berharap yang terbaik untuk kehidupanmu ke depan. Walaupun perasaanmu tak sama
lagi seperti dulu untukku, aku akan tetap mengingatmu. Perasaanku pun sudah
tidak seperti dulu lagi. Aku telah menganggapmu bagian dari masa laluku. Masa lalu
yang tidak seharusnya dilupakan begitu saja. Kau salah satu yang terindah dari
berjuta keindahan yang ada dalam masa laluku. Aku telah mengikhlaskanmu.
Komentar
Posting Komentar