Teman Untuk Luna

     Siang itu cuaca di luar terasa terik sekali, begitupun bagi Luna, seorang peri bunga yang hidup di Negeri Peri. Ia lebih memilih untuk berada di rumah saja hari ini karena cuaca yang sedang tidak mendukung untuk melakukan aktivitas apapun. Saat sedang sibuk membersihkan kamarnya, ia mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya dari luar.
     "Luna, apakah kau ada di dalam?" Teriak Stuart dari luar sambil mengetuk pintu karena setelah beberapa kali mengetuk belum juga dibuka oleh Luna.
     "Iya, tunggu sebentar," jawab Luna. Luna pun akhirnya membukakan pintu untuk Stuart. Stuart adalah seekor tikus yang bertugas menjaga keamanan dan kedamaian di Negeri Peri. Tanpa dirinya, Negeri Peri pasti sudah sangat kacau karena tidak ada yang bisa menjaga kemanan selain dirinya. "Oh, rupanya kau. Ada apa kau datang ke rumahku?" Tanya Luna setelah membukakan pintu.
     "Maaf jika aku mengganggumu, Luna. Tadi aku ditugaskan oleh Ratu untuk datang kesini, ia ingin kau datang ke istana sekarang. Ada yang ingin dibicarakan denganmu katanya," jelas Stuart.
    "Oh, baiklah. Kau akan ke sana bersamaku, bukan?" Tanya Luna.
     "Tentu saja," jawab Stuart.
     "Kalau begitu tunggu di sini sebentar, aku ingin mengunci pintu," kata Luna.

****

     "Siang Luna, maaf kalau aku mengganggu waktu istirahatmu di siang hari yang sangat terik ini," kata Ratu saat Luna tiba di istana. Di Negeri Peri terdapat seorang Ratu Peri yang tinggal di istana. Ia bernama Eliana. Semua rakyat di Negeri Peri patuh dan sangat menghormatinya, begitupun Luna. 
     "Tidak Ratu, tidak sama sekali. Jadi, apa yang ingin Ratu bicarakan denganku? Apakah ini tentang bunga-bunga di kebun? Apa Ratu tidak puas dengan hasil kerjaku?" Tanya Luna.
     "Oh, tentu saja bukan. Maksudku menyuruhmu untuk datang ke sini adalah karena aku ingin mengenalkanmu kepada seseorang," kata Ratu menjelaskan maksudnya.
     "Seseorang? Seseorang siapa?" Tanya Luna penasaran.
     "Seseorang yang mungkin bisa menjadi temanmu nanti. Aku tahu kau selalu sendiri dan aku juga tahu kau butuh teman. Tunggu sebentar, aku akan memanggilnya," kata Ratu lalu meninggalkan Luna yang masih penasaran siapa orang yang dimaksud Ratu. "Nah, Luna, kenalkan ini Arya. Mulai hari ini dia akan tinggal di Negeri Peri dan juga akan menjadi bagian dari peri-peri yang ada di sini. Dia akan aku tugaskan menjadi peri kayu," kata Ratu mengenalkan seseorang yang membuat Luna penasaran tadi.
     "Hai Luna, aku Arya. Senang bertemu denganmu," kata Arya mengenalkan diri.
     "Hai juga, aku Luna. Aku juga senang bertemu denganmu," balas Luna ramah.
     "Baiklah Luna, karena kau sudah berkenalan dengan Arya dan aku juga belum memberikan tugas apapun untuknya, kau bisa mengajaknya berkeliling dan mengenalkan semua yang ada di Negeri Peri kepada Arya. Kau tidak keberatan, bukan?" Tanya Ratu kepada Luna.
     "Tentu saja tidak, Ratu. Kalau begitu aku akan mengajak Arya ke rumahku sekarang untuk makan siang dan setelah itu aku akan mengajaknya berkeliling," jawab Luna bersemangat. "Arya, kau belum makan siang, bukan?" Tanya Luna memastikan kalau Arya belum makan siang sesuai dugaannya.
     "Tentu saja belum," jawab Arya ramah.
     "Bagus. Kalau begitu kau harus ke rumahku dan mencicipi masakanku. Bagaimana?" Kata Luna lagi.
     "Ide yang bagus. Aku setuju," balas Arya tak kalah semangat.
     "Kalau begitu, aku permisi untuk pulang, Ratu. Selamat siang!" Kata Luna berpamitan kepada Ratu dengan sangat antusias dan Arya pun melakukan hal yang sama.
     "Semoga harimu menyenangkan, Luna, Arya," jawab Ratu dengan senang.

****

     Keesokan harinya seperti biasa, pagi-pagi setelah Luna selesai sarapan ia bersiap untuk pergi ke kebun untuk merawat dan menyiram bunga-bunga yang ada di sana. Namun saat ia tengah bersiap, pintu rumahnya diketuk oleh seseorang yang entah siapa. Luna pun segera keluar untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
    "Hai, selamat pagi. Apa hari ini kau ada kegiatan?" Sapa seseorang yang mengetuk pintu Luna tadi yang ternyata adalah Arya.
     "Ya, aku akan pergi ke kebun untuk menyiram bunga-bungaku dan merawatnya setelah seharian kemarin aku tidak pergi ke kebun. Mereka pasti sudah sangat haus," jawab Luna. Lalu, "Tapi, ada apa kau ke rumahku pagi-pagi seperti ini? Apa kau butuh bantuanku?" Tanya Luna kemudian.
     "Oh, tidak. Ratu Peri belum memberiku tugas apa-apa, jadi aku ke sini karena aku kesepian berada di rumah seharian. Bolehkah aku ikut denganmu pergi ke kebun?" Kata Arya.
     "Tentu saja. Kau bisa membantuku di sana kalau kau mau. Perlu kau ketahui, bunga-bungaku sangat indah jika sedang musim panas seperti ini dan kau harus melihatnya," balas Luna dengan penuh semangat menceritakan keadaan bunga-bunga yang selama ini dirawatnya.
     "Benarkah? Kalau begitu cepat bawa aku ke sana," kata Arya lagi dengan tidak kalah semangat.

Sesampainya di kebun...

     "Astaga! Apa yang terjadi di sini? Kenapa kebunku berantakan sekali?" Teriak Luna kaget sesampainya di kebun melihat kebunnya hancur berantakan dan bunga-bunganya banyak yang berserakan di tanah.
     "Luna, apa yang terjadi?" Tanya Arya yang juga kaget melihat kebun milik Luna hancur berantakan.
     "Aku tidak tahu, sepertinya ada sekelompok burung yang bermain di sini dan menghancurkan semuanya. Aku baru ingat saat terakhir aku meninggalkan kebunku kemarin lusa aku lupa menaruh alat yang biasa aku gunakan untuk menakuti burung-burung itu. Dan sekarang....yah, aku tidak tahu harus bagaimana," jelas Luna pasrah sambil terkulai lemas melihat keadaan kebunnya.
     "Kita bisa membersihkannya berdua. Lagi pula, bunga-bungamu masih banyak yang tidak tersentuh oleh burung usil itu. Kau hanya perlu membersihkannya saja. Aku akan membantumu, Luna, kau tak usah khawatir," kata Arya mencoba menenangkan dan menghibur Luna.
     "Sungguh? Kau mau membantuku membersihkan semuanya?" Tanya Luna meyakinkan.
     "Tentu saja. Ayo kita mulai sekarang sebelum matahari mulai naik dan cuaca menjadi terik," jawab Arya dan mengajak Luna untuk mulai membersihkan kebunnya.
     Setelah hampir tiga jam Luna dan Arya membersihkan kebun bersama, mereka pun selesai menyelesaikan tugasnya setelah Luna menyiram bunga-bunga yang masih tersisa dari ulah burung-burung yang menyerang kebun milik Luna itu. Mereka pun beristirahat di bawah pohon rindang sambil mengumpulkan tenaga untuk pulang ke rumah.
     "Arya, karena kau sudah sangat baik membantuku membersihkan kebunku, aku akan mengajakmu untuk makan siang bersamaku. Bagaimana? Kau mau?" Tanya Luna.
     "Benarkah? Kau tahu aku tidak akan menolaknya, bukan?" Jawab Arya dengan senang.
     "Tentu saja. Ayo kita pulang sekarang," balas Luna. Mereka pun segera pulang ke rumah Luna untuk makan siang bersama.

****

     "Kau tunggu saja di sini, aku akan memasak sesuatu untuk kita makan," kata Luna sesampainya di rumah. 
     "Baiklah," jawab Arya. Sambil menunggu Luna memasak, Arya melihat-lihat apa yang ada di ruang tamu rumah Luna. Ia kagum karena Luna begitu pandai menata barang-barang yang ada di rumahnya dengan sangat rapi sehingga terlihat sangat nyaman. 
     Setelah beberapa menunggu, akhirnya Luna telah selesai memasak dan mereka langsung bersiap di meja makan untuk menyantap masakan yang dimasak oleh Luna.
     "Wah, dari aromanya masakanmu sepertinya enak sekali," kata Arya .
     "Kau bisa saja. Aku hanya memasak sup jagung biasa. Maaf hanya itu yang dapat aku sajikan untukmu. Aku harap kau menyukai masakanku," balas Luna.
     Mereka pun memakan sup jagung itu dengan lahap setelah lelah seharian membersihkan kebun yang hancur berantakan. Ditambah sup jagung yang dimasak Luna sangat lezat membuat Arya ingin terus memakannya tanpa henti dan ingin menghabiskannya. Setelah selesai makan, Arya memuji masakan Luna dengan sangat senang.
     "Kau tahu? Sup buatanmu adalah sup terlezat yang pernah aku makan. Aku sangat menyukainya," kata Arya sambil tersenyum senang.
     "Kau terlalu berlebihan. Tapi kalau kau suka, aku akan memasaknya lagi untukmu lain kali," balas Luna. "Dengan menu lainnya, tentu saja," tambahnya.
     "Wah, benarkah? Aku senang sekali," jawab Arya dengan sangat bahagia mendengar tawaran Luna dan dibalas dengan anggukan meyakinkan  serta sebuah senyuman oleh Luna.
      Setelah dirasa cukup untuk berbincang dan hari pun sudah hampir sore, Arya berpamitan untuk pulang dan membiarkan Luna beristirahat.
     "Terima kasih kau sudah mau membantuku membersihkan kebunku tadi," kata Luna sebelum Arya berpamitan.
     "Setidaknya, itu yang harusnya dilakukan oleh seorang teman, bukan?" Balas Arya. "Aku juga harus berterima kasih karena kau sudah sangat baik mengajakku untuk memakan sup yang sangat lezat tadi," tambahnya lagi.
     "Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang teman," kata Luna lagi.
     "Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang dulu. Sebaiknya kau beristirahat setelah lelah seharian. Sampai jumpa, Luna," kata Arya berpamitan kepada Luna. Setelah itu Arya meninggalkan rumah Luna dan pulang ke rumahnya. 

****

     Beberapa waktu telah berlalu sejak pertama kali Luna dan Arya bertemu. Pertemanan mereka sudah semakin baik dan kini mereka menjadi sepasang sahabat yang selalu bersama dan saling membantu saat salah satu dari mereka ada yang membutuhkan bantuan. Hari-hari mereka selalu diisi dengan penuh kebahagiaan canda dan tawa. Ratu Peri yang mengenalkan Arya kepada Luna merasa sangat senang melihat keakraban mereka. Ia juga merasa sangat tepat mengenalkan Arya kepada Luna.
     Malam itu Luna dan Arya sedang berada di atas bukit sambil telentang dan menatap bintang di langit yang bertebaran dengan indah. Mereka mencoba mengingat saat pertama kali mereka bersahabat dan menyadari kalau semua itu berkat Ratu Peri yang telah berjasa mengenalkan mereka. Luna yang sebelumnya selalu merasa sendiri menjalani hidupnya, kini telah memiliki seorang sahabat yang sangat baik dan menyenangkan seperti Arya. Begitupun dengan Arya sangat senang memiliki sahabat seperti Luna yang membuat hari-harinya di Negeri Peri begitu berwarna. 
     "Aku ingin kita seperti ini, tetap bersahabat dan terus bersama, Luna, selamanya," kata Arya sambil terus menatap bintang.
     "Aku juga. Aku ingin terus bersahabat denganmu seperti ini dan selalu bersama," balas Luna.
     "Kau tahu, Luna, aku sangat menyayangimu. Tetaplah menjadi orang yang selalu ada di sisiku," kata Arya lagi.
     "Aku juga menyayangimu. Dan... Tetaplah menjadi orang yang selalu menyayangiku, Arya," balas Luna akhirnya. 
     Akhirnya, malam itu mereka habiskan dengan menatap bintang bersama di atas bukit hingga terlelap. Hanya satu kalimat yang ingin mereka katakan kepada orang yang sangat berjasa atas persahabatan mereka, "Terima kasih Ratu Peri."
  

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PKM Long Journey (Part 2)

Satu Kata Cinta

Masjid dan Kamu (Part 1)