Hati ini, Sebenarnya milik siapa?
Banyak remaja yang keliru saat menjawab pertanyaan, “Sebenarnya
hati kita milik siapa?” kebanyakan dari mereka menjawab hatinya milik kekasih
mereka, pujaan hati mereka, orang yang mereka suka dan semacamnya. Tetapi,
masih ada yang menjawab hati mereka milik orang tua mereka, ayah mereka, ibu
mereka dan ada juga yang menjawab hati mereka milik keluarga mereka. Kondisi
remaja Indonesia saat ini memang sudah berada di batas kekhawatiran para orang
tua. Mengapa? Hal itu karena pergaulan remaja yang semakin memburuk setiap generasinya
membuat para orang tua menjadi lebih waspada terhadap pergaulan anak-anak
mereka. Kembali ke permasalahan, hati ini sebenarnya milik siapa? Akan kita
bahas….
Hati. Hati yang dimaksud di sini bukan organ hati untuk
menetralisir racun, tetapi hati yang dalam Islam disebut Qalbu. Hati memiliki dua
pengertian, yaitu secara fisik dan spiritual. Hati secara fisik adalah segumpal
daging yang dilindungi oleh tulang belulang sebagai alat ekskresi untuk
menyaring racun yang ada di dalam tubuh manusia. Hati di sinilah yang disebut
organ. Lalu, apa itu Qalbu?. Nah,
pengertian hati yang kedua yaitu spiritual. Maksud spiritual di sini adalah
sesuatu yang halus, bersifat rohani.
Hati yang halus ialah
hakikat manusia. Hatilah yang mengetahui, yang mengerti dan yang mengenal diri
sendiri. Hatilah yang diajak bicara, disiksa, dicela dan dituntut Tuhannya.
Hati dalam pengertian ini juga memiliki kaitan dengan jasmani. Hati terkait
dengan akhlak terpuji yang direalisasikan oleh gerak tubuh. Hati menentukan
sifat dan watak manusia yang tampak secara lahiriah. Inilah yang dalam Islam
disebut dengan Qalbu.
Saat mendengar pertanyaan tentang, “Sebenarnya hati ini milik
siapa?” apa yang akan kita jawab?. Sebagai remaja yang hidup di lingkungan Islam,
besar kemungkinan mereka akan menjawab bahwa hati ini milik Allah. Lalu,
bagaimana dengan kita yang hidup di lingkungan yang beraneka ragam agama? Apakah
akan menjawab hal yang sama? Tentu saja sangat kecil kemungkinannya untuk kita
menjawab seperti yang dijawab remaja Islami tersebut. Mengapa demikian? Lagi-lagi
jawabannya adalah faktor pergaulan. Ya, pergaulan yang baik akan menghasilkan
pribadi yang baik begitu pula sebaliknya.
Lantas, bagaimana para remaja tadi yang menjawab bahwa hati
mereka milik kekasih mereka?. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
menjawab suatu pertanyaan. Mereka bebas menjawab apa saja selama itu tidak
menyimpang dari pertanyaan yang diajukan. Jika mereka menjawab hati mereka
milik kekasih mereka, tidak ada yang harus disalahkan. Mungkin saat ini mereka
berpikir bahwa hanya kekasih merekalah yang sedang menguasai hatinya. Itu sebabnya
mereka menjawab seperti itu. Tetapi yang harus diingat adalah sebesar apapun
cinta seseorang terhadap orang lain tidak seharusnya melebihi kecintaan kita
kepada Sang Pencipta kehidupan ini, Allah ta’ala.
Kesimpulan, masih dengan pertanyaan, “Sebenarnya hati ini milik siapa?”.
Sebagai seorang muslim dan muslimah sudah sepatutnya kita tahu jawabannya
dengan mudah. Hati atau Qalbu sudah
sangat jelas hanya milik Allah. Mengapa? Kita sudah pasti tahu bahwa Allah lah
yang menciptakan segala yang ada di muka bumi ini. Allah lah yang menciptakan
manusia dari saripati tanah. Dan Allah juga lah yang menciptakan Qalbu ini. Jadi sudah sangat jelas bahwa
hati atau Qalbu ini adalah milik
Allah semata, Sang Pencipta hati dan Pemilik segalanya. Masya Allah….
Komentar
Posting Komentar