Infinitely Longing
Ada sedikit perasaan yang tak biasa saat aku menulis ini untukmu. Perasaan yang tak bisa dijelaskan maknanya; rindu. Satu kata yang kadang tak butuh jawaban. Hanya butuh pertemuan. Ya, hanya pertemuan. Mungkin aku terlalu mudah menganggap bahwa ini adalah cinta. Tetapi, jika seseorang rindu dan sangat ingin bertemu saat itu juga, apa namanya jika bukan cinta? Apa itu sayang? Cinta dan sayang perasaan yang saling terhubung satu sama lain, bukan? Aku memang tidak begitu mengenal siapa dirimu. Namun, perasaan ini semakin nyata. Sedangkan kau tak pernah menganggap aku ada. Lantas, akan kubawa kemana rasa rindu ini?
Rindu ini memang tak butuh jawaban. Balasan pun mungkin tak perlu. Melihat senyummu dari jarak sepuluh meter saja sudah sangat cukup bagiku. Tetapi, mengertilah. Sedikit saja kau mengerti bagaimana rasanya menjadi aku. Sulitkah itu? Aku memang bukan siapa-siapa bagimu. Tapi setidaknya kau tahu bahwa-aku-sangat-mencintaimu. Sangat dalam.
Kau tahu? Aku kagum sekaligus bangga padamu. Sikapmu yang tegas dan pendirianmu yang kuat membuat dirimu memiliki kharismamu tersendiri. Layaknya batu karang yang tak rapuh diterjang ombak. Itu salah satu alasan mengapa aku memiliki perasaan yang tak biasa ini. Perasaan yang semakin hari semakin bertambah. Meski aku sadar, sedalam apapun aku memperjuangkan dan mencoba mempertahankan perasaan ini, pada akhirnya, tetaplah takdir yang menentukan.
Ini bukan pertama kalinya aku merindukan sosokmu. Sosok yang selalu aku nantikan kehadirannya di dekatku. Aku merindukanmu sejak awal pertemuan kita. Aku tahu, untuk membalas pesanku saja kau tak mau. Apalagi untuk bertemu. Mungkin kau langsung pergi. Mengapa semua begitu berat? Mengapa perasaan setulus ini harus dibalas dengan sakit? Memang, aku tak pernah menuntut apapun darimu karena aku memang tak punya hak apapun untuk itu. Tapi, apakah harus sesakit ini? Jujur. Aku lelah. Sangat lelah. Bahkan mungkin aku sudah berada di titik akhir perjuanganku mempertahankan perasaan ini. Dan, bahkan sampai saat ini pun kau tetap tak mau mempersilahkan aku untuk mengintip sedikit tentang dirimu. Apakah semesta pun tak mengizinkannya?
Ini bukan tanpa alasan aku merindukanmu. Itu karena....... Karena kau telah berhasil mengisi hatiku. Kau telah hampir menguasai seluruhnya hingga aku tak dapat mencegahnya. Tidakkah kau tahu rasanya? Bidadarimu mungkin tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Dia tak pernah sesulit ini saat merindukanmu. Tak pernah sesakit ini saat menahan perasaannya untukmu. Kau mungkin memberikan seluruh perhatianmu hanya untuknya. Lalu, aku? Aku harus apa? Saat rindu tiba-tiba datang tanpa diundang. Apa yang harus aku lakukan? Terus menahannya? Sampai kapan?
Tak ada gunanya juga aku menulis ini untukmu. Kau tak akan pernah membacanya. Tapi hanya ini yang dapat aku lakukan saat rindu ini datang menyergap kebahagiaanku. Sedangkan kau tak pernah mempedulikannya. Memang, tak sedikitpun rindu ini berkurang saat aku selesai menuliskan ini. Namun setidaknya, ada sedikit ketenangan saat aku berhasil meluapkan rinduku dalam tulisan ini. Ku harap kau merasakannya
Rindu ini memang tak butuh jawaban. Balasan pun mungkin tak perlu. Melihat senyummu dari jarak sepuluh meter saja sudah sangat cukup bagiku. Tetapi, mengertilah. Sedikit saja kau mengerti bagaimana rasanya menjadi aku. Sulitkah itu? Aku memang bukan siapa-siapa bagimu. Tapi setidaknya kau tahu bahwa-aku-sangat-mencintaimu. Sangat dalam.
Kau tahu? Aku kagum sekaligus bangga padamu. Sikapmu yang tegas dan pendirianmu yang kuat membuat dirimu memiliki kharismamu tersendiri. Layaknya batu karang yang tak rapuh diterjang ombak. Itu salah satu alasan mengapa aku memiliki perasaan yang tak biasa ini. Perasaan yang semakin hari semakin bertambah. Meski aku sadar, sedalam apapun aku memperjuangkan dan mencoba mempertahankan perasaan ini, pada akhirnya, tetaplah takdir yang menentukan.
Ini bukan pertama kalinya aku merindukan sosokmu. Sosok yang selalu aku nantikan kehadirannya di dekatku. Aku merindukanmu sejak awal pertemuan kita. Aku tahu, untuk membalas pesanku saja kau tak mau. Apalagi untuk bertemu. Mungkin kau langsung pergi. Mengapa semua begitu berat? Mengapa perasaan setulus ini harus dibalas dengan sakit? Memang, aku tak pernah menuntut apapun darimu karena aku memang tak punya hak apapun untuk itu. Tapi, apakah harus sesakit ini? Jujur. Aku lelah. Sangat lelah. Bahkan mungkin aku sudah berada di titik akhir perjuanganku mempertahankan perasaan ini. Dan, bahkan sampai saat ini pun kau tetap tak mau mempersilahkan aku untuk mengintip sedikit tentang dirimu. Apakah semesta pun tak mengizinkannya?
Ini bukan tanpa alasan aku merindukanmu. Itu karena....... Karena kau telah berhasil mengisi hatiku. Kau telah hampir menguasai seluruhnya hingga aku tak dapat mencegahnya. Tidakkah kau tahu rasanya? Bidadarimu mungkin tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Dia tak pernah sesulit ini saat merindukanmu. Tak pernah sesakit ini saat menahan perasaannya untukmu. Kau mungkin memberikan seluruh perhatianmu hanya untuknya. Lalu, aku? Aku harus apa? Saat rindu tiba-tiba datang tanpa diundang. Apa yang harus aku lakukan? Terus menahannya? Sampai kapan?
Tak ada gunanya juga aku menulis ini untukmu. Kau tak akan pernah membacanya. Tapi hanya ini yang dapat aku lakukan saat rindu ini datang menyergap kebahagiaanku. Sedangkan kau tak pernah mempedulikannya. Memang, tak sedikitpun rindu ini berkurang saat aku selesai menuliskan ini. Namun setidaknya, ada sedikit ketenangan saat aku berhasil meluapkan rinduku dalam tulisan ini. Ku harap kau merasakannya
Mencintaimu tak butuh alasan
Merindukanmu tak butuh jawaban
Namun, mengenalmu adalah suatu kebahagiaan
Komentar
Posting Komentar