Tetap Tinggal
Beberapa tahun lalu, saat pertama perkenalan kita. Kau memberi kesan yang aneh. Entahlah, terlalu rumit untuk aku jelaskan. Kau hadir dengan sapaan hangatmu. Membawaku ke dalam dunia yang tak pernah kumasuki sebelumnya. Dunia yang terasa asing dan.. Berbeda. Ya, berbeda karena ada kau di dalamnya. Tak pernah terlintas dalam pikiranku sedikitpun aku bisa mengenalmu. Semuanya mengalir begitu saja. Sikapmu yang terbuka dan supel membuatku mudah untuk semakin mengenal dirimu. Saat itu aku masih kecil. Masih terlalu dini untuk merasakan pahit manisnya cinta. Perasaanku pun hanya sebatas kagum. Tidak lebih.
Hari demi hari terus berjalan. Kedekatan kita semakin jelas. Kau semakin menerima kehadiranku meski tak kau minta. Tanpa sadar aku menyimpan sebuah perasaan yang tak pernah kuduga sebelumnya. Namun aku sadar, sebentar lagi kita akan berpisah. Berpisah karena jarak yang tak mungkin aku tembus. Hal itupun akhirnya terjadi. Jarak telah berhasil memisahkan kita dengan angkuhnya. Padahal, jika kau menyadari, aku sudah terlanjur berharap padamu.
Semenjak ada batas penghalang di antara kita, semuanya berubah. Persis seperti dugaanku. Kau tak sehangat dulu. Kau tak sebaik dulu. Dan aku, tak sebahagia dulu. Aku tahu, di sana kau pasti menemukan seseorang yang baru. Yang membuatmu lebih nyaman saat bersamanya. Akupun sadar, aku bukan siapa-siapa untukmu. Aku tak punya hak melarangmu dekat dengan siapapun. Hari ke hari. Minggu ke minggu. Bulan ke bulan. Kita semakin jauh. Batas di antara kita semakin jelas. Aku telah kehilangan sosokmu.
Seiring berjalannya waktu. Akupun telah mengikhlaskanmu jauh dariku. Dengan datangnya seseorang yang mencoba mengisi hariku dengan cinta yang dibawanya untukku. Aku mencoba untuk sedikit melupakan kehadiranmu.
Meskipun demikian, rasanya ada yang kurang jika tak pernah ada sapaan lagi di antara kita meskipun hanya melalui chat sederhana. Akupun mencoba terlebih dahulu. Memang, tidak ada yang berubah. Kau masih sama. Tetapi, tidak dengan hatiku. Hatiku berkata lain. Ada sesuatu yang tak pernah aku kenal dari sosokmu yang sekarang. Entahlah. Tidak ada yang bisa kujelaskan.
Beberapa tahun telah kita lewati. Tahun-tahun yang dibatasi oleh jarak. Tahun-tahun yang hampir tak pernah mengizinkan kita saling menyapa. Tahun-tahun yang tak pernah aku harapkan. Saat ini, ketika aku semakin sadar bahwa tahun-tahun berikutnya akan semakin tebal batas antara kita, kau kembali. Kau kembali dengan sosokmu yang dulu. Saat awal pertemuan kita. Kau yang dengan sapaan hangatmu. Sungguh. Aku sangat merindukan saat-saat itu. Dan kini itu terjadi lagi.
Kupikir ini hanya beberapa jam saja. Tetapi, nyatanya aku salah. Hal ini terus berlanjut sampai........ Akupun tak tahu sampai kapan terus seperti ini. Terus bersama sosokmu yang sangat aku rindukan. Jika ini hanya mimpi, aku tak ingin terbangun. Setidaknya, sampai aku sadar bahwa ini memang hanya benar-benar mimpi. Namun tidak. Ini nyata. Kau kembali dengan sosokmu yang selama ini aku rindukan. Entah dengan cara apa aku melampiaskan rasa bahagiaku ini. Tetapi, sejujurnya aku takut. Sangat takut. Aku takut berharap. Mengharapkan sesuatu yang tidak semestinya aku harapkan. Aku takut berharap lebih kepadamu. Aku takut.
Hari-hari terus kita lewati bersama tanpa batas yang biasa menghalangi. Namun, perasaan takut itu semakin menyiksaku dengan semua keadaan ini. Aku tak tahu harus bagaimana. Takutku semakin menjadi seiring dengan kedekatan kita akhir-akhir ini. Mungkin hanya kejelasan yang bisa membebaskanku dari rasa takut ini. Tapi apakah mungkin? Sedangkan kau tak pernah menganggapku lebih daripada hanya sekedar teman. Ya, hanya teman. Segala perhatianku seakan menguap tak berbekas. Apa pedulimu? Aku hanya teman bagimu. Dan tak ada alasan kau menjadikanku lebih dari sekedar teman.
Mungkin kau tak sadar. Beberapa tahun setelah terhalang oleh batas yang sangat jelas antara kita, ada sesuatu yang tak pernah berubah. Sesuatu yang tetap tinggal dalam hatiku. Sesuatu yang tak pernah ingin aku buang. Perasaanku kepadamu. Perasaan yang mungkin bisa dibilang cinta. Ya, perasaan itu tetap tinggal bahkan saat batas penghalang selalu mencoba memisahkan kita. Entahlah mengapa bisa seperti itu. Tetapi, aku sungguh. Perasaan ini tak pernah berubah sedikitpun untukmu. Tetap tinggal dan menetap di dalam hatiku.
Seandainya kau tahu perasaan ini tulus untukmu. Seandainya kau mau mencoba membuka hatimu untukku. Is there any fear of longing prevent you to fall in sleep on the pillow the past? Aku tak tahu bahkan tak mengerti. Kau tak pernah membahas tentang masa lalumu. Tak masalah bagiku. Perasaanku akan tetap sama. Suatu saat mungkin kau akan mengerti. Semoga.
Hari demi hari terus berjalan. Kedekatan kita semakin jelas. Kau semakin menerima kehadiranku meski tak kau minta. Tanpa sadar aku menyimpan sebuah perasaan yang tak pernah kuduga sebelumnya. Namun aku sadar, sebentar lagi kita akan berpisah. Berpisah karena jarak yang tak mungkin aku tembus. Hal itupun akhirnya terjadi. Jarak telah berhasil memisahkan kita dengan angkuhnya. Padahal, jika kau menyadari, aku sudah terlanjur berharap padamu.
Semenjak ada batas penghalang di antara kita, semuanya berubah. Persis seperti dugaanku. Kau tak sehangat dulu. Kau tak sebaik dulu. Dan aku, tak sebahagia dulu. Aku tahu, di sana kau pasti menemukan seseorang yang baru. Yang membuatmu lebih nyaman saat bersamanya. Akupun sadar, aku bukan siapa-siapa untukmu. Aku tak punya hak melarangmu dekat dengan siapapun. Hari ke hari. Minggu ke minggu. Bulan ke bulan. Kita semakin jauh. Batas di antara kita semakin jelas. Aku telah kehilangan sosokmu.
Seiring berjalannya waktu. Akupun telah mengikhlaskanmu jauh dariku. Dengan datangnya seseorang yang mencoba mengisi hariku dengan cinta yang dibawanya untukku. Aku mencoba untuk sedikit melupakan kehadiranmu.
Meskipun demikian, rasanya ada yang kurang jika tak pernah ada sapaan lagi di antara kita meskipun hanya melalui chat sederhana. Akupun mencoba terlebih dahulu. Memang, tidak ada yang berubah. Kau masih sama. Tetapi, tidak dengan hatiku. Hatiku berkata lain. Ada sesuatu yang tak pernah aku kenal dari sosokmu yang sekarang. Entahlah. Tidak ada yang bisa kujelaskan.
Beberapa tahun telah kita lewati. Tahun-tahun yang dibatasi oleh jarak. Tahun-tahun yang hampir tak pernah mengizinkan kita saling menyapa. Tahun-tahun yang tak pernah aku harapkan. Saat ini, ketika aku semakin sadar bahwa tahun-tahun berikutnya akan semakin tebal batas antara kita, kau kembali. Kau kembali dengan sosokmu yang dulu. Saat awal pertemuan kita. Kau yang dengan sapaan hangatmu. Sungguh. Aku sangat merindukan saat-saat itu. Dan kini itu terjadi lagi.
Kupikir ini hanya beberapa jam saja. Tetapi, nyatanya aku salah. Hal ini terus berlanjut sampai........ Akupun tak tahu sampai kapan terus seperti ini. Terus bersama sosokmu yang sangat aku rindukan. Jika ini hanya mimpi, aku tak ingin terbangun. Setidaknya, sampai aku sadar bahwa ini memang hanya benar-benar mimpi. Namun tidak. Ini nyata. Kau kembali dengan sosokmu yang selama ini aku rindukan. Entah dengan cara apa aku melampiaskan rasa bahagiaku ini. Tetapi, sejujurnya aku takut. Sangat takut. Aku takut berharap. Mengharapkan sesuatu yang tidak semestinya aku harapkan. Aku takut berharap lebih kepadamu. Aku takut.
Hari-hari terus kita lewati bersama tanpa batas yang biasa menghalangi. Namun, perasaan takut itu semakin menyiksaku dengan semua keadaan ini. Aku tak tahu harus bagaimana. Takutku semakin menjadi seiring dengan kedekatan kita akhir-akhir ini. Mungkin hanya kejelasan yang bisa membebaskanku dari rasa takut ini. Tapi apakah mungkin? Sedangkan kau tak pernah menganggapku lebih daripada hanya sekedar teman. Ya, hanya teman. Segala perhatianku seakan menguap tak berbekas. Apa pedulimu? Aku hanya teman bagimu. Dan tak ada alasan kau menjadikanku lebih dari sekedar teman.
Mungkin kau tak sadar. Beberapa tahun setelah terhalang oleh batas yang sangat jelas antara kita, ada sesuatu yang tak pernah berubah. Sesuatu yang tetap tinggal dalam hatiku. Sesuatu yang tak pernah ingin aku buang. Perasaanku kepadamu. Perasaan yang mungkin bisa dibilang cinta. Ya, perasaan itu tetap tinggal bahkan saat batas penghalang selalu mencoba memisahkan kita. Entahlah mengapa bisa seperti itu. Tetapi, aku sungguh. Perasaan ini tak pernah berubah sedikitpun untukmu. Tetap tinggal dan menetap di dalam hatiku.
Seandainya kau tahu perasaan ini tulus untukmu. Seandainya kau mau mencoba membuka hatimu untukku. Is there any fear of longing prevent you to fall in sleep on the pillow the past? Aku tak tahu bahkan tak mengerti. Kau tak pernah membahas tentang masa lalumu. Tak masalah bagiku. Perasaanku akan tetap sama. Suatu saat mungkin kau akan mengerti. Semoga.
Aku akan selalu ada di sampingmu
Bahkan saat keadaan tersulitmu
Akan aku pastikan itu
Selalu.
Komentar
Posting Komentar